Rabu, 20 April 2011

Makalah Askep


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : STATUS ASMATIKUS PADA ANAK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
                                                                                                                      

Disusun Oleh :
Adhisa Wiani Putri
Irfan Safarudin A
Sally nuraeni


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI KENCANA BANDUNG
2010


KONSEP DASAR PENYAKIT ASMA
Pengertian
a.Pengertian asma
Asma adalah suatu gangguan jalan nafas pada bronkus yang menyebabkan spasmr bronkus. Asma merupakan reaksi hypersensitive yang disebabkan oleh biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan faktor fsikologis (Lukman dan sorensens 1991).

Pengertian status asmatikus
                  Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan (Medlinux,2008)

Status Asthmaticus adalah serangan asma yang berat, biasanya membutuhkan perawatan di Rumah Sakit, yang tidak memberikan respon secara adekuat terhadap tindakan pengobatan yang biasa dilakukan.
Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim. Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian,olekarena itu :
Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.

Tanda dan Gejala

a.Ciri Objektif :
Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing
Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus
Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)


b.Ciri Subyektif :
Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia

c.Ciri Psikososial :
Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung

Penyebab

Faktor-faktor pencetus tersebut adalah sebagai berikut :
Alergen,
            Faktor alergi mempunyai pengaruh asma. Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan barang-barang yang mengandung debu dirumah seperti tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang ada didalam rumah, dll. Atau bisa juga disebabkan oleh makanan tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas jenis alergi bisa dilakukan uji alergi kulit di rumah sakit.

Infeksi,
             Infeksi pada bayi dan anak biasanya disebabkan oleh virus. Akan tetapi terkadang juga bisa karena bakteri, jamur atau parasit.

Iritan,
             Iritan bisa berupa hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipanya, bau tajam dari cat dan polutan udara yang berbahaya lainnya. Udara dingin, udara kering dan air dingin juga merupakan pencetus asma.

Cuaca,
Perubahan tekanan dan suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma.

Kegiatan Jasmani,
             Kegiatan jasmani yang berat seperti lari dan naik sepeda dapat menimbulkan serangan asma. Tertawa dan menangis keras bisa juga menjadi faktor pencetus asma.

Psikis,
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui permasalahan yang berhubungan dengan asma, baik oleh anak sendiri maupun oleh keluarganya, akan memperlambat atau bahkan menghambat usaha-usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut pada serangan asma juga dapat memperberat serangan asma





Etiologi


 

























Pencegahan

1.  kenali alergen-alergen yang menyebabkan anda terserang asmagunakan alat  
penyaring udara atau AC untuk membuat lingkungan nyaman dan lebih bersih

2.  kontrol debu . bersihkan rumah setidaknya sekali seminggu untuk menghindari
penumpukan debu, ingatlah menggunakan masker saat membersihkan

3. kegiatan olahraga seperti berjalan dan berenang dapat menguatkan jantung dan
paru-paru setidaknya tiga puluh menit setiap hari, walau demikian berolahraga pada saat cuaca dingin perlu dihindari karena dapat mencetuskan gejala asma, berolahraga yang baik dan kenakan masker saat berolahraga untuk membuat udara pernapasan hangat.

4. untuk anda yang sudah terkena serangan asma saya juga akan memberikan sedikit
    pengetahuan tentang obat generik yang sering digunakan untuk penyembuhan.

Pengobatan

1.Bronchodilator
                 Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
               Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol ) mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin).
              Obat-obat Bronkhodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada perbaikan sampai 10-15 menit berikan aminofilin intrvena.
           Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan.
                Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.

2.Kortikosteroid
              Jika pemberian obat-obat bronkhodilator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3-4 mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4 jam secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.

3.Pemberian Oksigen

             Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.





















ASUHAN KEPERAWATAN PADA STATUS ASMATIKUS

A.  Pengkajian
Identitas klien dan penanggung jawab

B   Riwayat Kesehatan
B.1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : lemas, takut, gelisah, ,adanya mual, muntah, kelemahan tubuh, cepat lelah,Wheezing, Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan, perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan

B.2. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi pengkajian Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asthma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma.

B.3 Riwayat keluarga
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan.

C.    Pemeriksaan fisik
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien


1) Hidung        
 Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan fungsi olfaktor
2) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara
 3) Thorak
(1) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
        (2) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus
        (3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah
        (4) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing
4) Kardiovaskuler.
           Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta.
5) Abdomen.
          Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi
6) Ekstrimitas.
          Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas karena dapat merangsang serangan asthma

D. Pemeriksaan Penunjang
(1) Analisa gas darah.
              Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis respiratorik.

 (2) Sputum.
               Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
 (3) Sel eosinofil
             Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 – 1500 /mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
 (4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia
             Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
e) Radiologi
               Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik diparu atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain – lain.
f) Elektrokardiogram
               Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus takikardi – sering terjadi pada asthma.
dengan distensi dinding dada dan kelelahan akibat kerja pernafasan,

Diagnosa Keperawatan
1.   Ansietas b/d kesulitan bernafas, takut, menderita, dan takut serangan berulang.
2.   Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d sekresi kental berlebihan dan
bronkospasme
3.   Ketidakefektifan pola pernafasan b/d penurunan ekspansi paru selama serangan
akut
4.   Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi tentan penatalaksanaan
perawatan diri


Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 :
Kaji tingkat ansietas (ringan, sedang, berat)
Kaji kebiasaan keterampilan koping
Berikan dukungan emosional
-          Tetap berada di dekat pasien selama serangan akut
-          Antisipasi kebutuhan pasien
-          Berikan keyakinan yang menenangkan
-          Pertahankan keyakinan lingkungan
Implementasikan terknik relaksasi : petunjuk imajinasi, relaksasi otot
Jelaskan prosedur-prosedur; berikan pertanyaan-pertanyaan
Pertahankan periode istirahat yang telah direncanakan
-          Kegiatan sehari-hari yang ringan dan sederhana
-          Jangan anjurkan berbicara bila sedang dispnea berat
-          Batasi pengunjung bila perlu
-          Berikan dorongan yntuk melakukan periode istirahat dengan sering
Diagnosa Keperawatan 2 :
Kaji sputum terhadap warna, kekentalan, dan jumlah
Auskultasi bunyi nafas setiap jam sampai 2 jam terhadap mengi, krekels atau ronki
Kaji pernafasan perhatikan kualitas dan kecepatan
Observasi warna kuit dan suhu setiap 2 jam
Pantau gas darah arteri
Pantau tingkat kesadaran ; laporkan perubahan pada dokter
Posisi pada ketinggian nyaman dan mengoptimalkan pernafasan
-          Tinggikan kepala tempat tidur 60-90 derajat
-          Sokong punggung dengan bantal
-          Berikan bantalan yang baik pada meja tempat tidur untuk sandaran
-          Tempatkan pagar tempat tidur untuk kenyamanan dan penyokong
-          Tempatkan humidifier atau vaporizer uap pada sisi tempat tidur sesuai pesanan
-          Berikan oksigen dengan kateter nasal (hindari masker oksigen, yang meningkatkan sensasi menderita.
Lakukan atau bantu dalam fisioterapi dada
Berikan obat-obatan sesuai pesanan
Nebulisasi isoprotenol / kromolin ; hindari menggunakan isoprotenol dan aminofilin bersamaan ( dapat menyebebkan arrest)
Cairan banyak sesuai pesanan untuk mempertahankan sekresi encer
Tampung sputum untuk kultur sesuai pesanan.
Diagnosa keperawatan 3 :
Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernafasan ; pernafasan menghela, diaforesis, dispnes, penggunaan otot-otot aksesori pernafasan.
Pantau TTV dan gas-gas darah arteri
Baringkan pasien dalam posisi Fowler’s tinggi untuk memaksimalkan ekspansi dada.
Berikan terapi olsigen sesuai pesanan
Pertahankan potensi jalan nafas
Berikan obat-obatan sesuai pesanan.


Diagnosa keperawatan 4 :
Kaji tingkat pengertian mengenai proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan diri selama serangan hebat.
Jelaskan pentingnya pencegahan serangan selanjutnya.
-          Hindari bahan-bahan yang diketahui menyebabkan iritasi
-          Hindari situasi yang menyebabkan stres
-          Mengekspresikan ansietas dan ketakutan
-          Berikan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang terdekat atau keluarga
-          Berikan humiditas adekuat
Hindari orang yang menderita infeksi terutama ISPA.
Jangan merokok : hindari orang yang merokok.
Jelaskan pentingnya latihan pernafasan seperti pernafasan bibir.
Diskusikan pentingnya melakukan latiahan sampai batas yang dapat ditoleransi
-          Hindari keletihan
-          Rencanakan waktu istirahat
Jelaskan pentingnya diet dan cairan.
-          Makanan seimbang, makanan yang bergizi
-          Perbanyak cairan sampai 2000-3000 ml/hari kecuali ada kontraindikasi
Jelaskan pentingnya perawatan rawat jalan berkelanjutan


Diskusikan gejala untuk dilaporkan pada dokter.
-          ISPA
-          Flu
-          Peningkatan suhu
Diskusikan obat-obatan ; nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping
Peragakan penggunaan inhaler yang tepat dan pemeliharaan alat penampung.
Jelaskan pentingnya untuk mengenakan tanda pengenal waspad- medist asma.
Diskusikan pentingnya minum obat sesuai pesanan.
 Evaluasi
Diagnosa 1 :
Pasien mendemontrasikan reduksi rasa takut dan ansietas dibuktikan oleh
-          Ekspresi wajah rileks
-          Mengungkapkan perasaan cemas berkurang
-          TTV dalam parmeter normal
Diagnosa 2 :
Pasien mempertahankan jalan nafas paten dibuktikan oleh :
-          Perbaikan bunyi nafas
-          Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal


-          Takada dispnea
-          Takada sianosis
-          Gas darah dalam rentang normal
Diagnosa 3 :
Pasien mempertahankan pola pernafasan efektif yang ditunjukan oleh ;
-          Frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
-          Tidak terdapat atau dispnea berkurang.
-          Gas-gas darah arteri dalam batasan yang dapat diterima oleh pasien
Diagnosa 4 :
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan tentang penatalaksanaan perawatan kesehatan sepeerti yang dibuktikan dengan mengatakan prinsip perawatan diri yang berhubungan dengan proses penyakit.















DAFTAR PUSTAKA

1.      Ngastiyah (1997),perawatan anak sakit,EGC,Jakarta
2.      Carpenito (2000),Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis,Ed. Ke-6,EGC,Jakarta
3.      Markum,A.H (1991),Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1,Uniersitas Indonesia,Jakarta
4.      hhtp////www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar