Senin, 18 April 2011

CIDERA KEPALA RINGAN





A.     KONSEP DASAR

1.      Pengertian
Cedera kepala adalah cedera atau trauma yang langsung dan tidak langsung mengenai kepala yang dapat menyebabkan fraktur dalam tulang tengkorak dan cedera pada jaringan lunakyang dapat berupa kontusio, edema, hemoragia, laserasi.

Tulang tengkorak yang fraktur dapat perhatian   apabila disertai dengan depresi / penekanan jaringan otak , kebocoran cairan serebospinal.

Akibat tersering dari trauma kepala adalah adanya penuurunan / kehilangan kesadaran, kehilangan kesadaran biasanya berkaitan dengan adanya edema serebral, hipoxia seluller dan adanya pebingkatan tekanan intrakranial.

2.      Etiologi
Cedera kepala disebabkan oleh deselerasi / efek rotasi akibat dari pukulan pada kepala. Mekanisme ini dapat menibulkan hilangnya kesadaran yang disertai oleh kerusakan otak ataupun tanpa disertai kerusakan otak.

3.      Tipe Cedera Kepala
a.      Cedera  Kepala terbuka
Cedera kepala jenis ini dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi duramater. Misalnya trauma kepala yang disebabkan oleh benda tajam / tembakan.
Macam – macam cedera kepala terbuka
1)      Fraktur linier di daerah temporal
2)      Fraktur yang melintang garis tengah
3)      Fraktur di daerah basisi
4)      Fraktur di daerah fosa anterior.
b.      Cedera Kepala Tertutup
1)      Gegar otak / commusio serebri
2)      Memar otak / contusio serebri

4.      Patofisiologi
Cedera kepala sering kali akan mengalami proses fisiologis dalam otak. Di dalam otak energi yang dihasilkan melalui proses oksidasi dan otak tidak mempunyai cadangan O2, jadi apabila terjadi penurunan aliran darah ke otak walaupun dalam waktu relatif sengkat akan menyebabkan gangguan fungsi otak. Kebutuhan glukosa di otak sebanyak 25 % akan terjadi gejala penurunan disfungsi serebral dan apabila terjadi 20 mg akan menyebabkan koma, bila terjadi hipoxia dalam otak proses ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah.

Dalam keadaan normal, cerebral blood flow ( CBF ) adalah 50 s/d 60 ml/mnt. 10 gr jaringan otak yang berarti 15 % dan cardiac output, pembuluh darah akan berkontraksi bila tekanan menurun. Persarafan simpatik dan parasimpatik tidak begitu berpengaruh   pada pembuluh darah arteri akan mempengaruhi aliran darah bila PO2 aliran darah bertambah nyata ( vasodilatasi ).

Edema otak disebabkan oleh penumpukan cairan yang berlebihan dalam jaringan otak. Edema yang disebabkan trauma adalah bentuk pasogenik, maka pembuluh darah kapile akan robek sehingga timbul kemmatian otak ( iskemi infark nekrosis ). Trauma kepala dapat pula menyebabkan gangguan fungsi metabolisme, penahan natrium dan air serta hilangnya sejumlah nitrogen. Demikian yang terjadi perubahan faktor kardiovaskuler, gastrointestinal, bila asam lambung meningkat.

5.      Tanda dan Gejala
a.      fase emergency
1)      tanda eksternal / tampak
-          laserasi
-          memar
-          hematoma
-          keluar darah dari telinga
-          keluar cairan serebrospinal dari telinga
-          fraktur tulang tengkorak
2)    status mental
-          kesadaran menurun
-          kejang
-          disfungsi serebral
3)    reflek batuk dan Gag
4)    disfungsi Medula
5)    disfungsi motorik
6)    Gangguan sensori
7)    Disfungsi cardio pulmonal
-          Aritmia
-          Hipertensi
-          Nafas ireguler

b.      Fase akut
1)      Cedera ringan sampai sedang
-          Hilang memori sesaat
-          Sakit kepala
-          Gangguan pendengaran
2)      Tanda potensial yang berkembang ( kompilkasi yang serius )
-          Perubahan kesadaran ( lebih 8 jam, GCS > 8 )
-          Mual semakin hebat
3)      Cedera sedang sampai berat
-          Tidak sadar dalam waktu yang lama ( > 24 jam )
-          Kejang
-          Gangguan akibat kerusakan saraf kranial
-          Edema otak             peningkatan TIK

c.      Fase Penyembuhan
-        Sakit kepala
-        Pusing
-        Konsentrasi menurun
-        Gangguan memori
-        Insomnia
-        Epilepsi

d.      Post Koma
Tanda eksternal / tampak
-        Tidur lebih lama
-        Tingkah laku kompulsif
-        Tidak interest terhadap lingkungan
-        bicara sedikit

6.      Penatalaksanaan  Medis
a.      Respiratory management
b.      Oksigenasi
c.      Pengobatan
-          Diuretik
-          Kortikosteroid
-          Analgetik
d.      Surgical Repair
e.      Monitor  TIK
f.        Monitor Jantung
g.      Management Cairan dan Elektrolit

7.      Diagnosa yang mungkin muncul
a.      Resti gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 yang tidak adequate
Intervensi :
1)      Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai GCS
2)      Kaji respon  motorik terhadap perintah sederhana
3)      Mengobservasi TTV setiap 8 jam
4)      Pertahankan kepala atau leher pada posisi netral dan hindari pemakaian bantal besar pada kepala.
5)      Kaji adanya refleks-refleks tertentu seperti menelan, batuk, babinsky dll

b.      Resti terhadap tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler, kerusakan persepsi, obstruksi trakeobronkial.
Intervensi :
1)      Monitor frekuensi, keadaan pernafasan ,catat ketidakberturan pernafasan
2)      Angkat kepala tempat tidur sesuasi aturan , posisi miring sesuai indikasi.
3)      Anjurkan klien untuk melakukan nafas dalam dan efektif jika klien sadar
4)      Pantau obat-obat depresan pernafasan example sedatif
c.      Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis, konflik fisiologis
Intervensi :
1)      Kaji rentan perhatian, kebingungan dan catat ketidak ansietas klien
2)      Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf sebanyak mungkin
3)      Kurangi stimulasi yang merangsang, kritik yang negatif, argumentasi dan konfrontasi
4)      Dengarkan dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien

d.      Resti gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adequate  
Intervensi :
1)      Monitor dan catat status nutrisi klien, adanya perubahan turgor kulit, tingkat kehilangan berat badan integritas membran mukosa mulut dan mual.
2)      Pastikan kebiasaan pola diet klien makanan yang disukai dan tidak disukai.
3)      Anjurkan  untuk mengkonsumsi  makanan dengan tinggi kalori tinggi protein.
4)      Anjurkan klien untuk membersihkan mulut sebelum makan
5)      Dorong klien makan sedikit tapi sering
6)      kolaborasi tentang pemberian therapi anti emetik
7)      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian dietnya

e.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan agen pencedera biologis
Intervensi :
1)      Kaji skala nyeri klien
2)      Berikan lingkungan yang tenang pada klien.
3)      dukung untuk menemukan posisi yang nyaman seperti kepala agak dipinggirkan
4)      berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara tepat
5)      Kolaborasi dengan tim kes lain tentang pemberian analgetik

f.        Resti infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka
Intervensi :
1)      Berikan perawatan septik atau anti septik, pertahankan tehnik cuci tangan yang baik.
2)      Lakukan perawatan luka ( ganti balutan ) sesuai indikasi.
3)      Observasi daerah kulit yang mengalami luka jahitan dan catat adanya tanda-tanda inflamasi.
4)      Pantau suhu tubuh secara teratur dan catat adanya demam.
5)      Pertahankan integritas kulit yang baik dan anjurkan untuk minum yang adequate
6)      Pantau hasil lab terutama leukosit.
7)      Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik
g.      gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan perubahan fisiologis, konflik fisiologis
Intervensi :
1)      periksa kembali kemampuan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi
2)      kaji derajat mobilisasi klien dengan menggunakan skala ketergantungan
3)      letakan klien dalam posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan dan ubah posisi kliebn minimal 2 jam

8.      Evaluasi
a.      Tidak terjadinya perubahan  perfusi jaringan otak
b.      Resiko tinggi tidak efektifnya pola nafas tidak terjadi
c.      Tidak terjadi perubahan proses pikir
d.      Kebuthan nutrisi dapat terpenuhi
e.      Nyeri berkurang
f.        Resiko infeksi dapat dihindari
g.      Gangguan mobilisasi fisik tidak terjadi
DAFTAR  PUSTAKA


Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marylyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.  Jakarta : EGC .

Engram, Barbara , 1999. Medical Surgical Nursing Care Plans. Edisi 2. Jakarta. EGC.

Long, Barbara C . 1996. Perawatan Medical Bedah. Edisi 1,2,3. Jakarta .

Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Edisi 8 Volume 3. Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar