A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Combustio adalah luka yang ditimbulkan akibat terpapar oleh suhu tinggi, syock lutrik atau bahan kimia. (Buku patofisiologi. Elizabeth I Corwin, EGC, 2000).
Combustio adalah luka disebabkan oleh api dan penyebab lain seperti air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi akibat luka bakar, juga dapat mengakibatkan kematian. (Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi IV, ECG. Jakarta, 1996).
Combustio adalah luka atau injuri yang terjadi akibat kontak langsung dengan panas, zat kimia dan sumber radiasi. (Keperawatan Medical Bedah, Diane C. Baughmen Joan C. Hackeley, ECG).
2. Etiologi
a. Panas : api, cairan panas, benda panas
b. Zat kimia : asam pekat (H2SO4), alkalis
c. Elektrik : panas tenaga listrik
d. Radiasi : sumber radio aktif
Akibat luka bakar ditentukan oleh lamanya kontak, luas jringan yang terkena, tingginya tegangan dan area yang terkena.
3. Patofisiologi
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler pada cidera
Edema luka
Penurunan volume darah yang bersirkulasi
Penurunan curah jantung
Luka bakar
Kerusakan kapiler
Kehilangan protein dalam cairan plasma kedalam interstitial
Hemokonsentrasi
Respon stress
Peningkatan epineprin dan non epineprin
Vasokontriksi selektif
Peningkatan tahanan perifer
Peningkatan after load jantung
Tekanan osmotic koloid
Vaskularisasi terhadap kelebihan CVP
Edema umum
4. Faktor Resiko
a. Usila
b. Anak-anak
c. Pekerja di laboratorium
d. Koki
5. Klasifikasi Kedalaman Luka Bakar
a. Superfisial Epidermis
1) Eritema sedang-berat, kulit pucat jika ditekan
2) Nyeri hebat hyperesthetic, nyeri terkena air dingin
3) Tidak nyaman ± 48 jam dan pemulihan 3-7 hari
b. Partial thickness Dermis
1) Melepuh luas, edema, kerusakan epidermis, burik merah, basah, berkilauan, mengeluarkan air
2) Nyeri hebat, sensitive terhadap udara dingin
3) Pemulihan:
- superficial partial thickness 14-41 hari tanpa infeksi
- deep partial thickness 21-28 hari tanpa infeksi
c. Full thickness subkutan
1) Bervariasi: dalam, merah, hitam, putih, coklat
2) Permukaan kering, edema, terlihat jaringan lemak, jaringan rusak,
3) Nyeri ringan
4) Pemulihan:
- 2 - 3 minggu
- skin graft
- hipertropi scar dan kontraktur tanpa pencegahan
6. Manajemen Luka Bakar
a. Fase Emergensi
- Insiden 48-72 jam setelah kejadian
- Tujuan perawatannya: mencegah syok hipovolemik, mempertahankan Fungsi Organ Vital
- Periode fase emergensi:
1) Pre Hospital Care
Dari tempat kejadian ke unit emergensi kemudian memindahkan korban dari sumber injury
2) Penanganan di unit emergensi
a). LB Minor
(1) Pertimbangan “Self Care” perawatan di rumah
(2) Penanganan di unit emergensi
- Manajemen nyeri
- Pencegahan tetanus
- Perawatan luka
b) LB Mayor
(3) Reevaluasi ABCS, trauma ETT, O2 100%
(4) Resusitasi cairan LB 15% TBSA
(5) Kateter urine
(6) NGT
(7) Vital Sign dan test lab dasar
b. Fase Akut
1) Setelah hemodinamik klien stabil, permeabilitas kapiler normal dan diuresis normal
2) 48-72 jam post kejadian
3) Manajemen fase akut:
- control manusia
- perawatan luka
- penutupan luka
- support nutrisi
- manajemen nyeri
- terapi fisik
4) Manajemen infeksi
- Ruang isolasi steril
- aseptic dan antiseptic
- pembatasan kontak
5) Support nutrisi
- Nutrisi sangat penting untuk meningkatkan penyembuhan dan mencegah infeksi
- Metabolisme meningkat 40-100% lebih tinggi
c. Fase Rehabilitasi
1) Rehabilitasi fisik: fisiotherapi, nutrisi, lation
2) Emosi:
- Trauma mental: self estern
- Body image
3) Topikal antimikroba LB
- Silver sulfadiazine 1%
- Mafenide acetate 5%
7. Perawatan Luka
a. Perawatan luka yang pertama
1) Segera setelah terbakar, dinginkan dengan air 20ºC selama 15 menit
2) Luka tingkat I tidak perlu perawatan khusus tanya dibersihkan dengan antibiotic
3) Di Rumah Sakit luka dibilas dengan sabun cetrimide 0.5% atau larutan PK 1:10.000 kemudian kulit yang mati dibuang.
b. Debridemen
Adalah pengangkatan jaringan eschar. Tujuannya yaitu mencegah profesi bakteri di dalam dan sekitar jaringan eschar.
c. Penutupan luka
1) Depp partial atau full thickness agen antibacterial topical 1-2x/hari setelah luka dibersihkan
2) penutupan luka dengan selapis kain steril yang berlobang-lobang yang mengandung vaselin dengan/tanpa antibiotic
3) skinn graft
4) perawatan donor site atau skin graft dengan menggunakan dressing syntetic “semipermeabel polyurethane films”.
- Pemasangannya di ruang operasi
- Dibiarkan beberapa hari (0-14)
- Penyembuhan meningkat dengan “Lotion Lubricant”
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas kulit
d. Cairan dan nutrisi
e. Pola eliminasi
f. Neurosensori
g. Nyeri/nyaman
h. Pernafasan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/cidera jaringan
b. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit, trauma luka bakar
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakaan kulit, trauma luka bakar
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan perubahan penampilan fisik
e. Ganguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan tubuh
3. Intervensi Keperawatan
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10)
b. Lakukan penggantian balutan dan debridemen
c. Pertahankan suhu lingkungan yang nyaman
d. Periksa luka setiap hari
e. Berikan perawatan luka yang tepat
f. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, jaringan nekrotik dan kondisi luka
g. Ajarkan tehnik relaksasi
h. Memberikan posisi lebih tinggi pada daerah luka
i. Berikan analgesic sesuai indikasi
j. Bantu klien dalam melakukan mobilisasi
4. Evaluasi
a. Nyeri berkurang/hilang
b. Luka bersih
c. Tidak ada tanda-tanda infeksi
d. TTV dalam batas normal
e. Keadaan klien lebih rileks
f. Klien dapat melakukan mobilitas fisik secara mandiri
g. Hasil lab dalam batas normal
DERMATITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Dermatitis adalah merupakan epidermo-dermitis dengan gejala subyektif Pruritus, obyektif tampak imflamasi, vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik, tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama Penyakit bertendensi residit dan menjadi kronis ( Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 )
2. Eiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misalnya: zat kimia, protein, bakteri, dan fungsi respon tersebut dapat berhubungan dengan alaergi, reaksi alergi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibody.
Agen penyebab dermatitis timbul dari factor eksogen dan endogen diantaranya :
a. Endogen:
Pada dermatitis stasis dan atopik karena pada dermatitis ini terjadi bendungan ditungkai yang diakibatkan katup atou tromboplebitis, varises dan pengaruh herediter
b. Eksogen :
Pada dermatitia kontak dan atrofik, terjadi karena alergi, zat-zat iritan seperti : bahan kimia ( H2SO4, KOH, deterjen sabun alat kosmetik ) pancaran sinar matahari dan bakteri
3. Patofisiologi
Secara umum patofisiologi dari dermatitis dimulai dengan eritema yang didasari oleh dilatasi pembuluh darah perifer dan selanjutnya terjadi edema, karena terjadi intraseluler maka terbentuklah vesikel, pecah timbul erosi dan eksoriasi serta eksudasi. Pengering eksudat membentuk krusta yang berwarna kekuningan atou kehitaman , vesikel yang mengerig dapat menimbulkan skuama. Bila tidak diobati dan akibat garukan yang terus menerus yang terjadi penebalan kulit dengan gambaran kulit yang makin jelas dan hiperpigmentasi .
4. Klasifikasi
Menurut perjalanan penyakitnya dermatitis dibagi menjadi stadium :
a. Akut : ditandai dengan eritema, edema, vesikel, dan eksudasi
b. Sub akut : eritema tidak begitu menojol terdapat krusta, erosi, ekskoriasi
c. Kronik : likenifikasi, hiperpigmentasi, hipopigmentasi
5. Macam-Macam Dermatitis
Dermatitis terbagi menjadi 4 bagian:
a. Dermatitis kontak
Adalah inflamasi yang serig bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan iritatis dan alergenik.
1) Tipe dermatitis kronik
a) Tipe toksik disebabkan oleh iritasi primer dengan keluhan terasa terbakar dan tidak begitu gatal, tergantung pada etiologi, kosentrasi, lamanya kontak, lokalisasi dan umur, batasnya jelas. Oligomorfi ( biasanya bulat)
b) Tipe alergik disebakan oleh allergen atou antigen yang belum komplit, dengan keluhan gatal, tidak tergantung pada kosentrasi, batasanya kurang jelas. Polimorpfi
2) Faktor prediposi dermatitis kontak :
Memar, friksi, meserasi, trasfirasi eksesif
3) Gambaran klinis
Keluhan gatal-gatal, rasa terbakar, eritema, lesi kulit ( vesikel ) dan edema yang diikuti oleh pengeluaran secret, pembentukan krusta srta akhirnya pengeringan dan pengelupasan kulit
b. Dermatitis atofik
Adalah erupsi kronik yang terlihat penderita rinitis alergik dan asma maupun kerentangan herediter
Gambaran klinis: Keluhan utama gatal, kekeringan kulit, adanya obrasi dan visura
c. Dermatitis stasis
Adalah dermatitis yang terjadi karena suatu bendungan pembuluh darah balik atou vena yang berada ditungkai. Bendungan itu dikarnakan adanya kerusakan katup atou tromboplebitis dan varises
Gambaran klinis: Gatal, adanya skuama, hiperpigmentasi dan erosi. Bila berlanjut terjadi nekrosis.
d. Dermatitis numularis
Adalah lesi yang berukuran sebesar uang logam tapi kadang-kadang dapat melebar pada bagian tengah tetap aktif
1) Faktor perdisposisi: Stres, iklim dan iritasi.
2) Gambaran klinis: Gatal, erupsi berukuran bulat, vesikel, erosi, eritema, eksudasi.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Dermatitis kontak “pacth test “
Dilakukan dibagian fleksor lengan bawah atou punggung zat yang tersangka sebagi kontaktan diletakan diatas kulit, kemudian ditutup dengan kain kasa dan bahan impremabel, kemudian ditutup dengan plester. Sesudah 24-48 jam, hasilnya dusebut 1 hingga plus 5, bila ada eritema, edema, papel, vesikel ( dapat berkonfluesi ) dan nekrosis.
b. Dermatitis atopik
Dapat dilakukan beberapa test untuk menyokong diagnosa seperti “ white demographis “ dan test asitkolin pada kulit normal bila digores benda tajam akan terjadi “ tripel respon “ yang berturut-turut .
- Pertama timbul garis merah pda tempat digores selama 15 menit
- Timbul kemerahan disekitarnya beberapa detik
- Akhirnya timbul edema setelah beberapa menit
Pada seorang penderita dermatitis atopik garis merah selama 2-5 menit, sedangkan edema tidak timbul. Peristiwa tersebut dikenal sebagai “white dermographisme “. “ test asitikolin “. Bila kulit nortmal disuntik asetikolin intrakutan (larutan 1: 5000) akan timbul hiperemer. Sedangkan pada penderita dermatitis atopik malah timbul warna pucat selama lebih kurang 1 jam akibat terjadinya vaskontraksi.
c. Dermatitis stasis
Diberikan penenang sebagai anti pruritus, antibiotik utuk infeksi sekunder secara topical : apabila basah dikompres, sedangkan bila kering berikan salep kortikosteroid .
d. Dermatitis numuralis
Terapi local : Bila basah dikompres, bila kering diberikan kortekosteroid .
Secara sistemik diberikan antipruritus yaitu sedatis, traskulizer, dan antibiotika seperti eritromisin, bila ada infeksi.
7. Penatalaksanaan
Pada umumnya pengobatan didasarkan kepada etiologinya serta stadium penyakit pada saat kita berobat. Berat-ringannya penyakit lokalisasi: dangkal atau dalamnya kelainan.
8. Pengobatan
Pengobatan dermatitis dapat dilakukan dua cara:
a. Pengobatan sistemik
1) Kortikosteroid, digunakan pada keadaan yang berat sebagai anti inflamasi dan anti alergi.
2) Antibiotik, bila terdapat infeksi sekunder
3) Sedatif dan tranquilizer, untuk menghilangkan atau mengurangi rasa gelisah dan gatal.
b. Pengobatan topical
1) Pada keadaan akut, dilakukan kompres terbuka
2) Sedangkan pada keadaan sub akut diberikan krim
3) Bila kering dapat diberikan bedak
4) Pada keadaan yang menahun dapat diberikan salep
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Kaji nyeri
b. Kaji sirkulasi
c. Kaji makanan atou cairan
d. Kaji aktifitas atou istirahat
e. Kaji riwayat penyakit keluarga klien
2. Diagnosa keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
b. Nyeri dan gatal berhubungan dengan lesi kulit
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
d. Infiksi brhubungan dengan jaringan traumatic
e. Kelebihan cairan berhubungan dengan dilatasi pembulauh darah perifer
3. Intervensi
a. Kaji kedalaman warna luka perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka
b. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan makrasi ( hidrasi stratum korneum yang berlebihan ) ketika memasang balutan basah
c. Tutup luka sesegera mungkin
d. Kaji keluhan nyeri perhatikan lokasi atou karakter dan intensitas ( 0-10 )
e. Dorong ekspresi perasan tentang nyeri
f. Kaji adanya gangguan pada citra diri klien
g. Membantu klien kearah penerimaan diri
h. Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas dengan gunting dan forsap
i. Tekankan pentingnya tekhnik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontan dengan klien
j. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan
k. Timbang BB setiap hari
4. Evaluasi
a. Menujukan tidak adanya keretakan kulit
b. Melaporkan nyeri berkurang atou terkontrol
c. Memberikan perhatian kepada penampakan diri
d. Mencapai penyambuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak demam
e. Menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar